Kamis, 22 Agustus 2013

Jam Pasir

Setitik demi setitik pasir itu berjatuhan tanpa henti
Mengiringi langkah kaki dan dentuman jarum jam yang berputar
Setara dengan sedetik dalam lingkaran waktu
Klasik dan bernilai seni yang tiada tara
Dipajang dan dibingkai dengan rapinya di ruang kerja ayah
Ingin ku pindahkan di dalam etalase atau almari dalam kamarku
Tapi sepertinya ayah menyukai benda itu dan tak ingin ia memindahkannya walaupun hanya sebatas jengkal tangan
Lama-lama aku bisa cemburu buta
Cemburu karna begitu besar rasa sayangnya kepada benda itu sampai-sampai tak mau ayah jauh dari benda itu
Apa istimewanya coba, dibanding benda itu figura foto keluarga kita jauh lebih berharga dari benda yang bila dilihat saja tak ada maknanya
Hanya terkesan benda kuno berseni tapi tiada arti
Ayah memang aneh, tak bisa kutebak alur pikiran ayahku itu
Namun pasti ayah punya alasan tersendiri untuk selalu mempertahankan benda itu
Tak bisa bila aku hanya bertanya dalam hati, harus segera aku bertanya pada ayah
"Yah, sebenarnya apa istimewanya benda kuno itu, kenapa ayah selalu suka memandangi benda itu di meja kerja ayah ? Aku cemburu yah, cemburu dengan sikap ayah"
Hanya senyum yang ku terima dari wajah ayah yang tampan dan berkarisma
Semakin heran dan semakin penasaran saat ayah juga mengajak benda itu tersenyum
"Cah ayu, benda ini sangat berarti buat ayah. Dia yang selalu membuat ayah rindu ibumu nak"
"Tapi yah, apa hubungannya benda ini dengan ibu ?"
"Nak, benda ini adalah kado pertama yang diberikan ibumu saat kita merayakan ulang tahun pernikahan yang pertama sekaligus saat ayah tahu dia sedang mengandungmu. Dan kini hanya jam pasir ini yang bisa mengingatkan ayah pada ibumu saat ini saat ibumu sudah tenang disurga sana :") "
Sugguh hanya air mata yang bisa kuteteskan tanpa kata
Betapa jahatnya aku bila sampai aku memindahkan jam pasir ini jauh dari ayahku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar