Senin, 08 Juli 2013

Cerita Semesta



Kadang awan tak mengerti, saat matahari ingin menerangi bumi. Awan justru menutupi sang matahari, matahari meredup perlahan dan saat itulah awan berubah menghitam dan turunlah hujan. Perasaan yang tak pernah padam ketika cinta menghiasi angan dan pikiran. Awan hitam yang menggumpal dikejauhan tak akan menghalangi cinta bertemu dengan cantiknya sang matahari yang mulai redup dalam kesendirian. Memang sulit hati ini mengungkapkan, tapi tak akan pernah terjawab semua tanya jika hati tak mau terbuka, menerima dan merasakan ada cinta yang masih bisa diperjuangkan.
Aku pernah menyapa angin, aku bertanya padanya, aku mengajaknya untuk saling bercerita. Ku minta satu hal dari dirinya, datanglah saat sang mawar ingin menggerakkan sedikit tangkainya. Tapi aku tak tau, angin tak pernah datang lagi untuk mendengarkanku, dan untuk sekedar menghembuskan helai rambutku yang terurai dari jendela kamar yang tertata rapi tanpa hiasan lukisan wajahnya. Saat angin tak ingin mengunjungiku lagi, saat itulah hati ini mulai menata diri, melihat nurani, melihat cermin diri, melihat apakah angin tak pantas untukku. Tapi bukan itu, angin sepertinya ingin menguji seberapa setia aku menunggunya walaupun tak ada sedikitpun tanda-tanda kehadirannya menghembuskan sedikit kiasannya dari sudut jendela hatiku.
Perasaan yang sesungguhnya itu tak bisa ditebak kemana arahnya. Seperti perasaan sang kumbang yang tak tau entah akan kemana dia hinggap. Mungkin jutaan bunga-bunga yang indah pernah dia hinggapi. Tapi sang kumbang pasti pernah merasakan satu bunga yang tak ingin dia tinggalkan, tak ingin dia berpindah tangkai, tak ingin dia beranjak. Walaupun bunga tak selamanya merekah dan indah tapi sang kumbang selalu bisa melihat keindahan bunga dari sisi yang berbeda. Kumbang memang tak sempurna, dia hanya makhluk kecil yang tak terlihat diantara hewan lainnya. Tapi lihatlah sisi lainnya, dia imut, dia lucu, dia tak pernah merasa kecil walaupun kenyataannya dia kecil. Sama seperti aku dan semua orang didunia ini. Tak pernah ada yang cacat, tak pernah ada yang kurang, hanya kita kurang sempurna dan kesempurnaan itu sebenarnya bukan hanya yang terlihat saja. Hati yang berbicara, bukan fisik yang semata hanya bisa dipandang dengan mata. Lalu, pantaskah raga ini menyesali dan mencaci diri sendiri. Kejarlah dia, kejarlah asa, kejarlah bahagia, cinta datang karna memang cinta itu mengharapkannya. Cinta datang bukan karna cinta itu dipaksa. Waktu akan menjawab segala asa dalam gelapnya harapan kecil seseorang.
Dia memang indah, dia mungkin sempurna dimata. Tapi lihatlah cermin, bicaralah pada cermin bahwa aku juga sama, aku juga bisa, aku punya keistimewaan yang orang lain tak dimiliki. Seketika itu hati akan berbicara, membenarkan apa yang kau katakan kepada sang cermin. Gapai cinta, gapai masa, gapai cahaya, tersenyumlah dan kejarlah cita-cita.

1 komentar: